Laman

Senin, 22 November 2010

16.10

“Ibu kan ga bisa terbang !!!!!”
Selain kata macet, kalimat itulah yang sering terucap akhir-akhir ini di kantorku, sebuah alasan klasik jika terlambat menghadiri rapat atau jika sudah ditunggu oleh orang lain. Siapa yang memungkiri jika suasana jalan di Jakarta tidak dihiasi oleh kemacetan, dari hari ke hari, jam ke jam, bahkan detik demi detik, tinggal bagaimana kita mengatur waktu kita untuk menghindarinya.

‘I don’t like Monday’, awal dari semua aktivitas bermula, tetapi tidak bagi kami karena hari ini adalah hari yang dinanti-nanti olehku dan teman-teman di kantor. Walaupun kata orang hari ini adalah tanggal tua, tidak bagi kantorku karena hari ini adalah waktunya kami menerima honor dari jerih payah kami selama satu bulan kami menunaikan tugas. Berkas-berkas yang diperlukan untuk pengajuan cek sudah dipersiapkan oleh temanku sejak hari jum’at dengan harapan proses pencairan cek pada hari ini berjalan dengan lancar.

“Maaf, saya ada upacara dulu pagi ini” ucap atasanku disaat temanku menghubunginya untuk meminta tanda tangan pencairan cek. Proses pertama dari dari dua tanda tangan yang harus dibubuhkan di atas cek tersebut sudah diawali dengan penundaan, namun kami masih berharap Allah memberi kemudahan pada hari ini. Kami menjalani rutinitas seperti biasanya sambil sesekali melirik ke arah jam dinding. Alhamdulillah saat siang hari ada sedikit kabar gembira bahwa tanda tangan pertama sudah dapat diproses. Keceriaan tergambar di wajah kami semua, dengan senyum tersungging di bibir aku dan salah seorang temanku keluar kantor untuk membeli makan siang, rasanya makan siang hari ini terasa lebih lezat walaupun hanya dengan menu perkedel dan tunjang.

12.59, menuju proses berikutnya.
Temanku di bagian keuangan mengirimkan sms ke ‘ibu big bos’ untuk menanyakan bisa ditemui dimana karena akan meminta tanda tangan cek. Harap harap cemas, kami menanti jawaban ibu atas sms tersebut, namun sampai satu jam berlalu belum ada jawaban yang dinanti. Satu jam kemudian aku memutuskan untuk menghubungi ibu. Diawali dengan melaporkan perkembangan dari proses pengurusan dokumen untuk pemasangan listrik di gedung baru lalu diakhiri dengan mempertanyakan posisi ibu saat ini, ibu memang menjawab dimana posisinya saat ini yaitu di kawasan Jakarta Selatan tetapi tidak untuk didatangi melainkan meminta ditemui di rumah pada pukul 14.30. Sebuah lampu kuning sebagai sebuah sinyal yang bisa menjadi hijau ataupun merah. Kurir segera dihubungi agar secepatnya meluncur ke rumah ibu.

14.50, lampu kuning yang sudah mulai meredup.
Kurir menelepon kalau ibu belum sampai rumah padahal sudah 20 menit menunggu, aku langsung sms ibu menyampaikan bahwa kurir sudah menunggu di rumah. Lagi-lagi sms tak berbalas!!! Sudah tidak mungkin untuk menyetor ke bank terdekat karena tinggal 10 menit bank tersebut tutup, setidaknya masih ada satu bank lagi yang tutup sampai pukul 16.00.

15.45, lampu merah menyala.
Bagian keuangan menghubungi kurir kembali dan jawabanya nihil!!! Ibu belum sampai rumah!!!
Akhirya diputuskan bahwa lima menit lagi ibu tidak datang maka dokumen-dokumen tersebut ditinggal saja dan kurir diminta pulang.

15.59, sms jawaban tiba: “ibu sebentar lagi mau sampai, mhn ditunggu”.
kami cuma bisa jawab: “kurir sudah pulang dari rumah ibu”, lalu ibu sms lagi dan kami sepakat untuk tidak menjawab sms tersebut serta mengangkat telepon kantor karena biasanya jika sms tidak berbalas maka ibu akan langsung menelepon. Dalam hitungan detik telepon berdering dan diangkat oleh OB dengan jawaban bahwa semua staff sudah pulang pukul 16.10, lalu satu persatu HP kami berbunyi dengan nama ibu tertera di layar. Temanku membiarkan HP terus  berbunyi tanpa sedikitpun ada maksud untuk menjawab, tak lama HP ku berdering, kami saling bertatapan satu sama lain untuk mencapai kesepakatan apakah diangkat atau tidak. Akhirnya panggilan kujawab sambil kuhidupkan ‘loudspeaker’ dan semua temanku mendengar percakapan kami. Seperti yang sudah-sudah, jika ibu merasa dikecewakan oleh kami maka ibu meminta maaf dengan alasan yang panjang x lebar x tinggi, kamipun sudah hafal sebagian kalimat itu yang intinya dia tidak bersalah dan kesalahan itu ada di pihak staff!!! Kami hanya mendengarkan sambil senyum menahan tawa mendengar suara ibu yang tak henti-hentinya meminta maaf, menyalahkan dan menyalahkan.

Dari kejadian ini bisa disimpulkan bahwa seorang wanita tidak bisa menjadi seorang pemimpin karena emosi yang tidak stabil, sering labil, dalam mengambil keputusan tidak bisa langsung karena pertimbangan faktor emosi saat itu dan masih banyak lagi kekurangannya karena memang wanita diambil dari tulang rusuk pria, jika didiamkan tetap bengkok dan jika diluruskan maka akan patah. ISLAM SUNGGUH AGAMA YANG MULIA

(...:29072010:...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar